Pria Dengan Satu Kaki Kanan Wujudkan Impian Melukis (Manusia dan Harapan)

Dengan kaki kembangkan Impian dan Harapan

<><><>
<><><> 
    Liu Kaijian lahir pada 1990 dan tinggal bersama sang ayah, Liu Zhushan, ibunya, Zhang Meifen, di Kota Qidong Kecamatan Hezuo Desa Xinglong. Suatu kecelakaan pada 2002, telah membelah jiwa Liu Kaijian yang kala itu akan naik kelas 6 SD menjadi dua bagian. Satu bagian adalah angannya, dan satu bagian lainnya berupa mimpi buruk baginya.
    Di usia 12 tahun, masa depannya yang cerah mendadak terhenti, takdir yang kejam telah merenggut kedua lengan dan kaki kirinya. Cacat berat yang dialaminya ternyata tidak membuatnya menjadi orang yang tak berguna.
    Selama 8 tahun, ia memanfaatkan satu kaki yang tersisa untuk belajar berjalan sendiri, mencuci muka, menggosok gigi, melipat selimut, bahkan kembali ke bangku sekolah. Dengan kuasnya, ia mencari jati diri dan dunianya sendiri di bidang seni.
Di SMU, bakat seni Liu Kaijian mulai terlihat, setiap kali melihat pemandangan yang indah, ia segera menggerakkan kakinya untuk melukisnya. Hasil lukisannya selalu mengundang decak kagum. Liu Kaijian memanfaatkan waktu senggangnya untuk melukis. Saat SMU kelas 2, ia mendaftarkan diri mengikuti kelas seni di sekolahnya, dan berharap agar dapat melanjutkan studi di sekolah seni profesional melalui ujian nasional.
    Agar sang putra dapat konsentrasi di bidang seni lukis, Zhang Meifen pun pergi ke berbagai tempat untuk mencari guru privat baginya. Oktober tahun lalu, Liu Kaijian pergi ke sanggar seni lukis Guoxiang di Nantong yang telah lama dikaguminya. Pendiri sanggar tersebut, Yang Guoxiang, saat itu juga memutuskan untuk menerima Liu sebagai murid istimewanya, bahkan membebaskan Liu dari uang sekolah, dan meminjamkan sebuah kamar untuk didiami oleh Liu dan ibunya.
Tiba di pusat seni itu, Liu Kaijian ibarat ikan yang mendapat sumber air baru. Dalam hal kreativitas, Liu Kaijian sangat sensitif terhadap warna, di dalam karya lukisan cat airnya, komposisi warna yang digunakan sangat tepat. Ia paling suka warna merah dan hijau, dan mengatakan pada wartawan, merah melambangkan keberuntungan, hijau melambangkan kelincahan dan sinar surya. Begitulah, Liu Kaijian menggunakan kuas melukis di antara jari kakinya untuk mengembangkan impiannya di bidang seni lukis.
Tahun ini, Liu Kaijian ambil bagian dalam ujian negara. Performanya di bidang seni telah membuat banyak teman sekelasnya salut. Dalam ujian percobaan jurusan seni yang diikuti lebih dari 100 siswa akhir tahun lalu, ia berhasil menempati posisi kedua. 12 Desember tahun lalu, ujian bersama sekolah tinggi seni Provinsi Jiangsu yang diadakan di kampus Universitas Suzhou, merupakan kali pertama Liu Kaijian meninggalkan kampung halamannya untuk mengikuti “ujian besar”. Siswa yang ambil bagian dalam ujian itu mencapai hampir 50.000 orang yang berdatangan dari seluruh negeri, ia memperoleh peringkat 20.000-an, dan kemampuan seninya melampaui batas kriteria.
Sejak 21 Januari, berbagai sekolah seni di luar provinsi mulai mengadakan ujian penerimaan murid baru. Hingga 28 Januari lalu, ia telah mengikuti ujian di Institut Xuchang, Universitas Ekonomi dan Keuangan Anhui, Universitas Beihua, dan juga Institut Pendidikan Gannan.
Zhang Meifen menyatakan, asalkan ada sekolah yang bersedia menerima putranya, ia bersedia menemani putranya, dan tidak akan mendatangkan kesulitan bagi sekolah bersangkutan. “Ia adalah putra saya, selama saya masih hidup, saya akan membuatnya terus hidup, agar ia dapat mencari jati dirinya di bidang seni.” 


Refrensi  : 

1 komentar:

Posting Komentar