Pria Dengan Satu Kaki Kanan Wujudkan Impian Melukis (Manusia dan Harapan)


Dengan kaki kembangkan Impian dan Harapan

<><><>
<><><> 
    Liu Kaijian lahir pada 1990 dan tinggal bersama sang ayah, Liu Zhushan, ibunya, Zhang Meifen, di Kota Qidong Kecamatan Hezuo Desa Xinglong. Suatu kecelakaan pada 2002, telah membelah jiwa Liu Kaijian yang kala itu akan naik kelas 6 SD menjadi dua bagian. Satu bagian adalah angannya, dan satu bagian lainnya berupa mimpi buruk baginya.
    Di usia 12 tahun, masa depannya yang cerah mendadak terhenti, takdir yang kejam telah merenggut kedua lengan dan kaki kirinya. Cacat berat yang dialaminya ternyata tidak membuatnya menjadi orang yang tak berguna.
    Selama 8 tahun, ia memanfaatkan satu kaki yang tersisa untuk belajar berjalan sendiri, mencuci muka, menggosok gigi, melipat selimut, bahkan kembali ke bangku sekolah. Dengan kuasnya, ia mencari jati diri dan dunianya sendiri di bidang seni.
Di SMU, bakat seni Liu Kaijian mulai terlihat, setiap kali melihat pemandangan yang indah, ia segera menggerakkan kakinya untuk melukisnya. Hasil lukisannya selalu mengundang decak kagum. Liu Kaijian memanfaatkan waktu senggangnya untuk melukis. Saat SMU kelas 2, ia mendaftarkan diri mengikuti kelas seni di sekolahnya, dan berharap agar dapat melanjutkan studi di sekolah seni profesional melalui ujian nasional.
    Agar sang putra dapat konsentrasi di bidang seni lukis, Zhang Meifen pun pergi ke berbagai tempat untuk mencari guru privat baginya. Oktober tahun lalu, Liu Kaijian pergi ke sanggar seni lukis Guoxiang di Nantong yang telah lama dikaguminya. Pendiri sanggar tersebut, Yang Guoxiang, saat itu juga memutuskan untuk menerima Liu sebagai murid istimewanya, bahkan membebaskan Liu dari uang sekolah, dan meminjamkan sebuah kamar untuk didiami oleh Liu dan ibunya.
Tiba di pusat seni itu, Liu Kaijian ibarat ikan yang mendapat sumber air baru. Dalam hal kreativitas, Liu Kaijian sangat sensitif terhadap warna, di dalam karya lukisan cat airnya, komposisi warna yang digunakan sangat tepat. Ia paling suka warna merah dan hijau, dan mengatakan pada wartawan, merah melambangkan keberuntungan, hijau melambangkan kelincahan dan sinar surya. Begitulah, Liu Kaijian menggunakan kuas melukis di antara jari kakinya untuk mengembangkan impiannya di bidang seni lukis.
Tahun ini, Liu Kaijian ambil bagian dalam ujian negara. Performanya di bidang seni telah membuat banyak teman sekelasnya salut. Dalam ujian percobaan jurusan seni yang diikuti lebih dari 100 siswa akhir tahun lalu, ia berhasil menempati posisi kedua. 12 Desember tahun lalu, ujian bersama sekolah tinggi seni Provinsi Jiangsu yang diadakan di kampus Universitas Suzhou, merupakan kali pertama Liu Kaijian meninggalkan kampung halamannya untuk mengikuti “ujian besar”. Siswa yang ambil bagian dalam ujian itu mencapai hampir 50.000 orang yang berdatangan dari seluruh negeri, ia memperoleh peringkat 20.000-an, dan kemampuan seninya melampaui batas kriteria.
Sejak 21 Januari, berbagai sekolah seni di luar provinsi mulai mengadakan ujian penerimaan murid baru. Hingga 28 Januari lalu, ia telah mengikuti ujian di Institut Xuchang, Universitas Ekonomi dan Keuangan Anhui, Universitas Beihua, dan juga Institut Pendidikan Gannan.
Zhang Meifen menyatakan, asalkan ada sekolah yang bersedia menerima putranya, ia bersedia menemani putranya, dan tidak akan mendatangkan kesulitan bagi sekolah bersangkutan. “Ia adalah putra saya, selama saya masih hidup, saya akan membuatnya terus hidup, agar ia dapat mencari jati dirinya di bidang seni.” 


Refrensi  : 

Kisah Pendonor Seluruh Tubuh (Manusia dan Cinta Kasih)


Kisah Pendonor Seluruh Tubuh

manusia diberi kelebihan oleh sang pencipta untuk mempunyai rasa kasih dan sayang dan kepedulian terhadap keluarga,teman dan kerabat..terutama kepedulian terhadap manusia.
dizaman yang serba sulit seperti ini masih ada seseorang yang masih mempunyai keperdulian yang tinggi terhadap sesama yang rela mendonorkan seluruh organ tubuhnya untuk diberikan kepada orang-orang yang membutuhkannya..

Contoh Kasus   :

KLIK - Detail













Suatu tindakan langka bagi masyarakat pada umumnya, dilakukan pria ini. Ia mendonorkan seluruh tubuhnya demi kemanusiaan dan ilmu pengetahuan. Namun, bagi keluarganya, tindakan itu justru sangat membanggakan.
Suasana berkabung masih menyelimuti kediaman keluarga Soesanto (57), di Malang (Jatim). Sosok Boedi Setiawan (75), kakaknya, kini tak lagi muncul di tengah kehidupan rumah tangga keluarga itu. Pria yang lebih memilih tak beristri di masa hidupnya ini, telah menghadap Yang Kuasa karena sakit.

Di balik kedukaan itu, hati Soesanto merasa tenang karena telah meluluskan wasiat kakaknya. Semasa hidup, Boedi beramanat akan merelakan seluruh organ tubuhnya agar bermanfaat untuk kepentingan orang yang membutuhkan. Pengorbanan ini sangat berharga, terutama bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu kedokteran.

Tak heran rumah Soesanto yang asri itu dipadati pelayat. Tak hanya kerabat dekat dan masyarakat sekitar tempat tinggal, beberapa tim medis dari RSUD Dr. Syaiful Anwar, Malang juga hadir. Malam itu juga, tim medis yang terdiri dari dr. Narnels, SpM dan seorang perawat segera mengangkat kornea mata Boedi. Kornea tersebut akan diberikan untuk pasien yang telah mengalami kebutaan.

Setelah disemayamkan tiga hari di rumah duka Panca Budi, Malang, Minggu lalu jenazah Budi diusung ke Laboratorium Anatomi Universitas Brawijaya (Unbra), Malang. Seperti diamanatkan Boedi, tubuhnya memang diserahkan ke Unbra untuk kepentingan ilmu pengetahuan.

Sebelumnya, dilakukan upacara sebagai serah terima dari pihak keluarga kepada pihak perguruan tinggi. Notaris Prima Cipta ditunjuk untuk membuat berita acara yang ditandatangani oleh kedua belah pihak. "Saya membuat berita acara, menggantikan notaris Pak Boedi yang telah meninggal terlebih dahulu, " ungkap Prima.

Refrensi:
http://nostalgia.tabloidnova.com/articles.asp?id=1270

3 Balita Busung Lapar Tewas (manusia dan penderitaan)


3 Balita Busung Lapar Tewas



Sedikitnya lima warga dari keluarga miskin di Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur (NTT), meninggal akibat busung lapar. Tiga di antara yang tewas itu berusia di bawah lima tahu. Dua lainnya masing berusia 13 dan 15.

Kepala Seksi Penanganan Masalah Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi NTT, Maxi Taopan, saat dihubungi, Kamis (6/3), mengatakan bahwa sejak 2007 lalu, pemerintah pusat menghentikan bantuan dana bagi penanganan gizi warga di NTT. Menurut dia, dengan penghentian bantuan itu makin memperburuk penanganan para penderita gizi buruk. Padahal, kata dia, pemerintah provinsi NTT mengusulkan dana sebesar Rp 56 miliar.
Taopan berharap, Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat segera merespons permintaan dana tersebut yang yang diusulkan sejak 2007. Rencananya dana tersebut akan digunakan untuk pengadaan makanan tambahan padat gizi, revitalisasi posyandu, dan biaya operasional bagi petugas posyandu.

Kepala Dinas Kesehatan setempat, Jonathan Lenggu, mengatakan bahwa para korban tewas penderita busung lapar di Rote Ndao itu mengalami komplikasi berbagai penyakit, seperti diare, TBC, panas tinggi dan penyakit lainnya. ”Kondisi fisik yang lemah, mereka mudah tertular penyakit,” ujarnya. Menurut Lenggu, kebanyakan korban berasal dari keluarga miskin dengan pola hidup yang kurang higienis. Apalagi, kata dia, minimnya dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah di tingkat kabupaten, provinsi, dan pusat ikut mempengaruhi penanganan gizi di daerah tersebut.

Data Dinas Kesehatan NTT menyebutkan, jumlah balita yang mengalami masalah gizi mencapai 90.000 orang dari sekitar 497 ribu balita. Sebanyak 12 ribu balita mengalami gizi buruk tanpa kelainan klinis dan 167 balita mengalami gizi buruk dengan kelainan klinis (busung lapar atau komplikasi marasmus dan kwashiorkor). Sementara 68 ribu balita lainnya mengalami gizi kurang.
Kabupaten yang paling banyak terdapat balita gizi buruk dengan kelainan klinis adalah Timor Tengah Utara yakni 81 balita, disusul Sumba Barat (27), dan Rote Ndao (13 balita). Sedangkan penderita kurang gizi paling banyak terdapat di Kabupaten Timor Tengah Selatan yakni berjumlah 12 ribu balita, Kabupaten Sikka (8.472), Manggarai (8.364), Timor Tengah Utara (7.267), dan Kupang (6.865 balita).



refrensi   :

Program Penanaman 1000 Pohon (Manusia dan keindahan)


Manusia diberi kelebihan olah sang pencipta dibumi ini untuk melakukan banyak hal..
dan sang pencipta telah menciptakan banyak keindahan dari berbagai macam bentuknya salah satunya adalah menciptakan keindahan alam semesta..
alam semseta seperti laut,gunung,pantai,dan hutan tapi karena manusia juga alam yang telah diciptakan dengan indahnya hancur sebagai contoh adalah pengundulan hutan terutama diindonesia..
sekarang orang indonesia menggalangkan program penanaman 1000 pohon untuk setiap hutan-hutan yang ada.
sebagai contoh khasus :

Pak Slamet Riadi menyerahkan pupuk kepada Pak Jamhari secara simbolis


Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Kutai Timur mengadakan tanam pohon di sejumlah sekolah yang ada di Kutai Timur. Salah satunya SMK Muhammadiyah 1 Sengata. Program ini termasuk program menanam sejuta pohon. Tujuan dari kegiatan penanaman pohon ini sendiri adalah untuk mengatasi warming global. ”Tujuan kita menanam pohon ini adalah untuk mengatasi keadaan bumi yang mengalami global warming, serta akibat lainnya seperti banjir, tanah longsor, dan lain-lain!” ungkap pak Slamet Riadi disela-sela pidatonya.
Pak Slamet Riadi selaku perwakilan dai Dinas Lingkungan Hidup Kutai Timur meyerahkan pohon secara simbolis kepada Pak Jamhari selaku Kepala Sekolah SMK Muhammadiyah 1 Sengata. Disamping penyerahan bibit secara simbolis, juga diserahkan pupuk kandang secara simbolis.
Di SMK Muhamadiyah sendiri penanamannya sebanyak 100 pohon yang terdiri bibit durian, rambutan, meranti, dan mangga. Penanamannya dilakukan oleh sejumlah siswa siswi kelas 2 dan 3 setelah mereka semua melaksanakan upacara bendera rutin yang dilakukan oleh para siswa dan guru setiap hari senin.
Bibit-bibit yang diberikan ditanam di sekitar areal SMK Muhammadiyah 1 Sengata yang luasnya sekitar 5 hektar. Bibit itu ditanam di depan masjid, depan kelas, lab, serta dipinggir lapangan. Siswa siswi yang ikut berpartisipasi dalam penanaman tersebut dari pandangan kami cukup terlihat bergembira

Refrensi   :

DISKRIMINASI ANAK HASIL DARI NIKAH SIRIH(prasangka, diskriminasi dan etnosentrisme)


Anak Hasil Nikah Siri Sulit Miliki Akta Kelahiran

Kota Bima Bimeks.-
Nikah dibawah tangan alias nikah siri, ternyata membawa implikasi ganda. Tidak hanya bagi para pelaku, terutama istri, tetapi juga anak yang dilahirkan. Negara tidak mengakuinya, sehingga tidak bisa mendapatkan akta kelahiran dan kartu tanda penduduk (KTP). Selain itu, tidak akan mendapatkan jaminan negara seperti gaji dan kartu Askes.
Penegasan ini disampaikan oleh Kelapa Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Dukcapil) Kota Bima, Drs Jufri, MSi.
Diakuinya, dampak buruk lain dari anak hasil nikah siri adalah tidak disandingkannya nama ayah pada sang anak. Ini lebih berat akan berpengaruh terhadap psikologi anak. "Secara kasarnya mereka dinilai negara sebagai anak hasil hubungan gelap," ujarnya, beberapa waktu lalu.
Kondisi ini, katanya, setidaknya akan memengaruhi perkembangan kejiwaan anak. Bahkan, saat mereka menikah pun masalah ini akan terus menghantui.
Permasalahan anak nikah siri ini sempat mencuat pada saat penerimaan siswa baru, terutama bagi anak yang akan memasuki taman kanak-kanak (TK).
Untuk mendapatkan akta kelahiran anak, orang tua harus menyertakan buku nikah, sementara orang yang nikah siri tidak mendapatkannya. "Kita tegas dalam hal mengeluarkan kartu keluarga bagi anak hasil nikah siri," ujar Jufri.
Diakuinya, sejumlah anak pejabat hasil nikah siri pernah meminta diterbitkan akta kelahiran, tetapi Disdukcapil tegas menolaknya. "Ini aturan yang digariskan pemerintah," ujarnya. (BE.14)


SOLUSI
1.Untuk mengatasi banyaknya pasangan nikah siri di daerahnya, empat tahun lalu, pemerintah Indramayu -melalui Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil) - menggandeng Kantor Kementerian Agama dan kantor pengadilan agama (PA). Mereka meluncurkan program bernama Isbat Nikah. Melalui program itu, pasangan nikah siri bisa diputihkan atau dilegalkan status perkawinannya dan dicatatkan di PA (negara) berdasarkan waktu saat nikah siri itu dilakukan
2.sedang dirancangnya RUU untuk pernikahan sirih oleh anggota DPR

Indonesia Peringkat 12 Dunia Soal Pembajakan Software!(ilmu pengetahuan,tekhnologi dan kemiskinan)


Indonesia Peringkat 12 Dunia Soal Pembajakan Software!

Berdasarkan laporan Business Software Alliance (BSA) dan International Data Corporation (IDC) dalam Annual Global Software Piracy Study 2007, Indonesia adalah negara terbesar ke-12 di dunia dengan tingkat pembajakan software.
"Persentasenya cukup mengkuatirkan yakni mencapai 84 persen. Misalnya dari 100 komputer yang diteliti, sebanyak 84 buah di antaranya menggunakan software ilegal. Fenomena ini sangat menyedihkan karena pembajakan ini mematikan kreasi dan industri software itu sendiri," kata Perwakilan BSA Indonesia, Donny A Sheyoputra, di Medan.
Ia mengatakan, dewasa ini Indonesia diperkirakan memiliki sekitar 300 perusahaan yang bergerak di sektor Teknologi Informasi (TI).
Dari jumlah itu, hanya 10 perusahaan lokal yang bergerak di industri software, sisanya lebih banyak berkecimpung di luar software, misalnya perusahaan sistem integrasi dan service dan perusahaan distributor produk hardware.
Menurut dia, minimnya jumlah industri software di tanah air dikarenakan seluruh pengembang software lokal sangat dirugikan oleh pembajakan.
"Software mereka dibajak dan dijual dengan harga sekitar 4-5 dolar di pasaran, bahkan perangkat lunak yang sudah dijual dengan harga 5 dolar pun masih dibajak dan dijual dengan harga dua 2 dolar saja. Banyaknya pembajakan ini juga telah menghapus kesempatan untuk meningkatkan pendapatan industri lokal senilai 1,8 miliar dolar," katanya.
Direktur Bamboomedia Cipta Persada, sebuah produser software lokal, Putu Sidarta, mengatakan, maraknya pembajakan software telah menyebabkan rendahnya kreativitas di industri bidang software ini.
"Berdasarkan laporan para distributor kami di seluruh Indonesia, software Bamboomedia telah banyak dibajak. Jika produk asli dijual dengan harga Rp45.000, maka produk bajakannya hanya dijual dipasaran Rp2.500,"katanya.
Soal bajak membajak produk sepertinya menjadi masalah yang belum terpecahkan di Indonesia. Meskipun pemerintah sudah mengeluarkan Undang-Undang mengenai hal ini, tapi sepertinya sanksi yang tegas belum diberikan kepada para pembajak ini. Akibatnya, pembajakan pun marak di Indonesia dalam berbagai bidang. Langkah apa ya yang kira-kira bisa diambil untuk memberantas para pembajak ini?

Solusinya
1.Saat ini pemerintah telah mengesahkan undang-undang nomor 19 tahun 2002 yang mengatur tentang perlindungan perorangan/instansi mengenai hak cipta dan kekayaan intelektual. Dalam Pasal 72 Ayat (3) disebutkan, barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak memperbanyak penggunaan untuk kepentingan komersial suatu program komputer dipidana dengan pidana penjara maksimal 5 tahun dan/atau denda maksimal Rp. 500.000.000,- (lima Ratus Juta Rupiah).
2.Mencermati hal-hal di atas maka KPPU menyarankan agar Pemerintah mencari model kebijakan lain yang berdampak luas pada pemberantasan pembajakan software dengan tetap memperhatikan prinsip - prinsip persaingan usaha yang sehat. Persaingan usaha yang sehat diharapkan mampu mengatasi digital divide (kesenjangan teknologi digital) dalam pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan (knowledge based economy) dalam jangka panjang, karena munculnya inovasi software yang berbasis open system dan aplikasi perkantoran serta aplikasi khusus lainnya yang lebih terjangkau masyarakat luas. 

RAYUAAN TRAFFICKING DI DESA JAWA TIMUR SAAT LEBARAN(masyarakat perkotaan dan pedesaan)


RAYUAAN TRAFFICKING DI DESA JAWA TIMUR SAAT LEBARAN
Sebagai masyarakat Jawa Timur, sekaligus sebagai anggota DPRD Jawa Timur, saya sangat perihatin. Betapa tidak, Jawa Timur ternyata menjadi salah satu provinsi dengan tingkat perdagangan manusia (trafficking) tertinggi di Indonesia. Hingga tahun 2005, Jawa Timur menduduki peringkat kedua, provinsi yang menjadi sumber orang- orang yang akan diperdagangkan setelah DKI Jakarta.
Bahkan Kepolisan Daerah (Polda) Jawa Timur menyatakan berhasil menekan perdagangan manusia (trafficking) berkedok diberangkatkan sebagai tenaga kerja di mancanegara. Operasi Bunga yang pernah dilakukan selama Desember 2008 menyelamatkan 109 korban. Ini hanya kasus yang bisa terdeteksi oleh Polda, bagaimana dengan yang belum terdeteksi? Saya yakin lebih banyak lagi. Sungguh ini memperihatinkan.
Dan jika kita lihat lebih detail lagi dari data di atas, ternyata korban perdagangan manusia di Jatim yang terdeteksi oleh kepolisian terbanyak di wilayah hukum Polwiltabes Surabaya, yakni 35 orang. Disusul Polresta Malang sebanyak 25 orang.  Sumber Polda Jatim menyatakan Polresta Surabaya Utara berhasil menyelamatkan 13 orang, Polwiltabes Surabaya 10 orang, Polres KP3 Tanjung Perak dan Polres Banyuwangi 7 orang.
Selain dari pada itu, selama enam bulan, yakni Januari sampai dengan Juni 2009 banyak terjadi kasus perdagangan orang (trafficking) di Surabaya. Dari data Pusat Pelayanan Terpadu (PPT) Jatim terdapat 19 kasus, yakni pada Maret dua kasus, April empat kasus, dan Juni 13 kasus. Ini jelas tidak boleh diabaikan khususnya oleh Pemerintah Propinsi meskipun kasus-kasus ini menjadi ranah pihak kepolisian untuk menanganinya. Tapi sebagai penyelenggara pemerintahan dan sebagai kepanjangan tangan pemerintah pusat, pemprof jatim punya kewajiban untuk melindungi dan menyelamatkan warganya dari kejahatan traficking ini.
Dengan kasus-kasus yang begitu banyak terjadi di Jawa Timur sampai tahun 2009 ini, saya menilai bahwa Pemprof Jawa Timur masih sangat kurang memadahi kinerjanya untuk mengantisipasi hal ini. Saya melihat pemprof kurang pro aktif dalam hal-hal yang terkait dengan tindakan preventifnya. Masih terkesan lebih mengedapankan tindakan kuratif dan advokasi saja. Menurut saya harusnya upaya prefentif lebih gencar dilaksanakan sehingga secara personal, warga jawa timur memiliki imunitas terhadap serangan (dan bujuk rayu) penjahat traficking.
Saat ini harus sudah ada WARNING bagi pemprof dan karenanya harus menerapkan SIAGA SATU untuk melindungi warga dari kejahatan ini, mengingat semakin dekatnya dengan masa MUDIK LEBARAN. Masa MUDIK LEBARAN biasanya menjadi momen yang sangat baik bagi para penjahat traficking untuk mencari mangsanya dengan berbagai modus dan dengan berbagai sarana. Agen-agen mereka bisa berdatangan ke kampung-kampung untuk mencari mangsa. Baik agen yang berasal dari kampung yang bersangkutan yang kemudian pulang kampung, maupun secara sengaja ada agen-agen yang datang ke kampung-kampung bergerilya membujuk dan menjebak mangsa dengann berbagai janji-janji yang menyilaukan. Mulai dari janji dinikahkan dengan orang berada di kota atau negara lain, sampai janji dipekerjakan dengan pendapatan yang menggiurkan.
Mengapa masa MUDIK LEBARAN menjadi momen yang harus SIAGA SATU, ini tidak lain karena secara kultural pada saat liburan mudik lebaran adalah masa yang sangat membuat LENGAH MASYARAKAT. Masyarakatnya Lengah, Perangkat RT, RW dan Desa juga lengah tidak bisa memantau siapa saja yang hilir mudik ke tempat/perkampungannya dan apa saja yang mereka lakukan.

Solusinya:
Untuk mengantisipasi bahaya kejahatan traficking dan bertambahnya kasus di Jawa Timur, maka mendekati masa libur MUDIK LEBARAN ini harus dilakukan langkah Preventif dan Kuratif sekali gus.
Untuk langkah Kuratif, pemprof sudah selayaknya memberlakukan “SIAGA SATU” dengan cara misalnya:
-          Memberdayakan perangkat RT/RW dan perangkat Desa/Kelurahan untuk melakukan penyadaran kepada warga masyarakatnya atas adanya bahaya traficking dengan berbagai modusnya sehingga tidak mudah terbujuk oleh “agen Traficking”.
-          Memberdayakan perangkat RT/RW dan perangkat Desa/Kelurahan untuk melakukan pengawasan dan tindakan pencegahan di teritori masing-masing kepada lalu lalangnya orang yang patut dicurigai sebagai “Agen Traficking”.
-          Memberikan penyadaran secara merata kepada masyarakat yang rawan menjadi obyek traficking dengan berbagai media, baik media elktronik maupun cetak. Bahkan menurut saya harus dibuat spanduk-sepanduk penyadaran yang tidak cukup di pasang sampai ibu kota kecamatan, tetapi bahkan sampai ke pelosok desa, khususnya desa rawan.
-          Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi berkordinasi secara aktif dengan pihak terkait, mulai dari imigrasi sampai dengan kepolisian untuk mendirikan pos-pos pengaduan (pos advokasi) serta oparsi secara tersetruktur untuk mencegah keberangkatan ke kota maupun ke manca negara dengan alibi mencari pekerjaan.
-          Berkordinasi secara aktif dan komprehensif (melibatkan lintas sektor) dengan pemerintah kota/kabupaten untuk melakukan hal yang sama agar sigap melakukan pencegahan. Bahkan jika perlu Gubernur bisa menerbitkan surat edaran ke daerah-daerah.
Insya’allah beberapa hal tersebut jika dilakukan sungguh-sungguh akan dapat mengantisipasi terjadinya traficking di Jawa Timur.